Berbicara tentang pernikahan, setiap daerah tentunya memiliki tradisi dan caranya masing-masing. Termasuk perihal perjamuan untuk para tamu, seperti dalam adat Jawa Tengah yang masih menggunakan tradisi piring terbang.
Mungkin bagi Anda yang berasal dari Solo Raya sudah tidak asing lagi dengan tradisi seperti ini. Sesuai dengan namanya para tamu nantinya hanya perlu duduk saja saat acara berlangsung. Nantinya sepiring makanan akan tersaji untuk setiap tamu.
Jika dibandingkan dengan prasmanan, mungkin menu perjamuan cenderung terbatas. Sebab Anda tidak dibebaskan memilih. Di sisi lain tradisi seperti ini menjadikan Anda dan para tamu lainnya layaknya seorang raja. Daripada penasaran, mending yuk langsung simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Sejarah Tradisi Piring Terbang dalam Jamuan Makanan Masyarakat Jawa
Berdasarkan sejarah, piring terbang mulai populer di kalangan masyarakat pada tahun 1980an. Pada masa itu pula, jasa catering makanan mulai berkembang. Di Mataram sendiri tradisi seperti ini digunakan sebagai upaya menghormati para tamu yang hadir.
Pasalnya tamu tidak perlu susah payah mengambil makanan, dan hanya perlu duduk manis saja, nantinya hidangan akan diantarkan. Seperti penjelasan pertama, jika Anda datang ke acara dengan piring terbang makanan maka akan diperlakukan layaknya seorang raja.
Sebenarnya piring terbang sendiri muncul dari daerah pinggiran. Bahkan bukan termasuk kawasan yang berada di tengah kota atau dekat pusat Pemerintahan Mataram. Tradisi seperti ini justru berkembang pada kawasan desa. Beberapa di antaranya adalah Wonosari, Klaten dan Wonogiri. Jadi tidak heran jika kerap ditemukan pada pernikahan adat jawa.
Peraturan Terkait Waktu Harus Pas
Salah satu hal yang menarik dari tradisi piring terbang pernikahan dan acara lainnya adalah aturannya cukup rumit. Pasalnya pengaturan waktu harus pas dan tepat. Jadi nantinya tidak semua hidangan perjamuan akan dihidangkan sekaligus dalam waktu bersamaan.
Penyajian makanan akan dilakukan secara bertahap. Tujuannya adalah agar para tamu dapat menikmati semua menu yang disajikan. Bahkan penentuan untuk waktu bisa dibilang akan semakin rumit, sebab tamu dengan jumlah tamu ratus bisa saja datang di waktu tidak bersamaan.
Urutan Hidangan yang Disajikan dalam Tradisi Piring Terbang
Keunikan tradisi ini ternyata tidak hanya ada pada peraturan waktu yang tepat saja. Bahkan hidangan yang akan disajikan juga punya urutannya masing-masing. Panduan untuk urutan hidangan jamuan disingkat USDEK.
U berarti unjukan atau minuman. Dalam tahapan pertama ini akan ada juga camilan bagi para tamu. Jadi begitu datang ke lokasi, para tamu akan diberikan minuman terlebih dahulu. Selanjutnya ada S yang artinya adalah Sup.
Setelah minuman dan camilan, biasanya para tamu akan diberikan hidangan sup berupa kuah kaldu dari ayam lalu diberikan dan sayuran lain seperti wortel, buncis, dan jamur kuping. Sedangkan huruf, D berarti ‘dhaharan’ alias makanan utama.
Dilanjutkan dengan E yang artinya adalah ‘es krim’ sebagai sajian makanan penutup.Terakhir adalah huruf K yang artinya adalah ‘kondur’. Dalam bahasa indonesia sendiri kondur artinya adalah beranjak pulang. Jadi setelah empat menu makanan diberikan, maka para tamu dipersilahkan pulang.
Mengenal Jenis Makanan yang Ada pada Tradisi Piring Terbang Khas Solo
Di atas sudah dijelaskan urutan penyajian dalam tradisi khas Jawa ini, dari urutan tersebut menunjukkan jika para tamu memang begitu disatukan oleh tuan rumah. Sedangkan untuk rincian jelas terkait dengan menu makanan, berikut ini ada beberapa penjelasan lengkapnya:
1. Minuman dan Jajanan Kue Tradisional
Seperti penjelasan di atas, U berarti unjukan yakni hidangan minuman dan camilan sebagai hidangan pembuka. Camilan yang disajikan biasanya adalah kue tradisional dan diletakkan pada wadah kecil yakni wadah piring kue.
Di dalam satu piring tersebut akan ada dua jenis kue tradisional. Meskipun begitu, keduanya memiliki rasa yang berbeda. Satu rasa manis dan lainnya gurih. Jajanan kue tradisional yang umum pada acara piring terbang khas Jawa adalah sosis solo basah, dadar gulung, kroket, kue bolu, dan lainnya.
2. Menu Sup
Tidak berselang lama, segera datang hidangan berikutnya sesuai urutan yakni S atau sup. Kehangatan sup di dalam acara yang meriah semakin menjadi berkesan bagi para tamu yang hadir. Pilihan sup ini bisanya beragam tergantung tuan rumah.
Hanya saja pada umumnya adalah clear sup atau sup dengan kuah kaldu bening dan encer. Isiannya beragam, mulai dari aneka sayuran dan daging ayam. Selain itu ada sup galantin dan sup matahari.
Bahkan terkadang ada juga pihak tuan rumah yang menyajikan selat solo atau hidangan bakso sebagai makanan pengganti sup. Kembali lagi semua tergantung dari pihak yang memiliki hajat, namun secara garis besar tetap sama.
3. Makan Besar dengan Nasi dan Lauk
Masuk pada menu utama yang mana akan membuat para tamu merasa kenyang yakni makan besar. Hidangan makan besar tersebut berupa nasi putih yang akan dicetak menggunakan cetakan kue beserta menu lauk lainnya.
Beberapa jenis menu lauk tersebut diantaranya adalah sambal goreng ati, telur, capcay, ayam suwir hingga rendang. Selain itu ada juga bahan makanan tambahan lain sebagai pelengkap seperti kerupuk udang, sambal, hingga acar.
4. Menu Penutup Es
Menu makanan terakhir adalah hidangan penutup berupa es. Es sendiri biasa diberikan pada setiap acara pernikahan yang menggunakan tradisi piring terbang. Jadi apabila es sudah keluar, maka bisa menjadi tanda bahwasanya acara pernikahan akan segera selesai.
Jenis es yang dihidangkan juga sangat beragam. Perbedaan antara acara satu dengan lainnya biasanya akan bergantung pada pemilik hajatan atau tuan rumah. Namun secara umum ada beberapa jenis es yang disajikan seperti es buah, es kopyor, atau es gempol.
Itu dia beberapa hal terkait dengan tradisi piring terbang khas dari Solo. Meskipun sekarang banyak yang menggunakan konsep modern, ternyata tradisi pernikahan seperti ini masih sering digunakan. Selain di dalam ruangan, acara juga akan berlangsung di luar ruangan, sehingga butuh sewa tenda pernikahan Jogja.